Senin, 16 September 2013

motif BATIK Paoman Indramayu Jawa Barat


1.KEMBANG SUKET
Motif ini diangkat dari kisah disekitar masyarakat indramayu,mengingat kembang suket banyak tumbuh disekitar pekarangan rumah penduduk (suket=rumput).Tamanan ini merupakan tanaman liar,tumbuh dengan subur dan tidak memerlukan pemeliharaan.Bentuk kembsngnya kecil-kecil dan banyak.


2.KEMBANG PETE
Tanaman pete merupakan tamanan yang banyak yang tumbuh di daerah pegunungan yakni di kabupaten subang dan sumedang yang berbatasan dengan wilayah Indramayu bagiaan selatan.Buah biji pete ini banyak dikomsumsi masyarakat karena rasanya yang khas dan digemari oleh orang-orang indramayu sebagai makanan lalaban dan di buat sambel goreng.Sebagai wujud apresiasi pembatik akan kecintaan masyarakat terhadap pangan satu ini,maka dibuatlah motif kembang pete.



3. LASEM URANG
Sebagai daerah pesisir, Indramayu dikenal kaya potensi perikanannya diantaranya udang (urang dalam bahasa Indramayu). Urang berarti udang yang bentuknya kecil-kecil seperti kerang dan banyak dimakan burung atau manusia. Lasem adalah nama tempat yang banyak menghasilkan udang-udang kecil tersebut. Lasem juga merupakan daerah asal pembatikan . Terinspirasi dari cerita tersebut, maka dibuatlah motif batik Lasem Urang.



4. KERETA KENCANA
Motif ini melambangkan kendaraan khusus para jendral untuk meninjau kamp-kamp ketika berkeliling di sepanjang Wialayh Indramayu Utara, karena anggapan mereka basis Masyumi berada di daerah Babadan dan sekelilingnya. Sesampainya disana mareka berteriak sambil meniupkan slompret sebagai pertanda waktu alarm yang tujuannya untuk mengangkat harta pribumi untuk perbekalan Belanda.Istilah sekarang garong di malam hari. Itulah kisah kekejaman penjajah yang digambarkan dalam motif batik ini.




5. MERAK BERUNDING
Motif ini menggambarkan perundinga antara Belanda denan warga pribumi. Karena Tentara Belanda sering berbuat licik maka perundangan ini sering ditolak warga pribumi. Warga sudah kesal dan menderita karena kehabisan bahan pangan dan sering dirampok oleh KNIL Belanda. Ada sebagian warga yang dipaksa jadi koki/pembantu juru masak dank arena ketidakperdayaan akhirnya mengikuti semua perinta Belanda. Menyiasati kondasi tersebut, maka warga berpura-pura mau diajak berunding, padahal kaum bapak-bapak sudah menyiapkan taktik dan merencanakan peperangan diwaktu malam hari, karena belanda tidak bisa melawan waktu malam hari, dan terjadilah perang geriya. Berdasarkan latar belakang sejarah tersebut, maka dibuatlah motif Merak Berundingini.




6. MANUK DRAWES
Manuk Drawes adalah sejenis burung yang banyak beterbangan dan hinggap di sekitar rumah-rumah di Desa Babadan. Burung ini punya kebiasaan suka ngiler /mengeluarkan liur untuk menarik mangsanya(serangga). Karena begitu akrabnya dengan lingkungan keseharian penduduk, maka para pembatik mengabadikan hudungan tersebut dalam bentuk motif Manuk Drawes.




7. MERAK NGIBING
Motif ini diangkat dari kisah jaman Pendudukan Belanda. Untuk melepaskan belenggu penjajahan dari bumi pertiwi, rakyat bahu-membahu berperang melawan belanda. Strategi perang yang dilakukan oleh rakyat pribumi Indramayu adalah perang bergerilya di waktu malam hari pada saat KNIL Belanda sedang tidur lelap. Rakyat menyerang secara sembunyi-sembunyi dari hutan-hutan belukar sehingga Belanda tidak menduga adanya penyerangan. Peperangan dengan taktik gerilya ini banyak dimenangkan rakyat Indramayu.
Untuk meluapkan kegembiraan rakyat Indramayu pada saat memenangkan peperangan melawan KNIL Belanda, maka divisiualisasikan para pembatikan dalam motif merak ngibing.




8. PACAR CINA
Pacar adalah tnman yang berasal dari daratan Cina dengan karakteristik daunnya kecil, dengan bentuk pohon tidak begitu besar dengan bunganya bulat kecil-kecil. Fungsi dari daunnya yaitu untuk bahan kutek pemerah kuku. Banyak orang Belanda menaruh simpati pada wanita muda Indramayu Utara karena tangannya lentik dengan cat kuku berwarna merah, badannya kecil semampai dengan pakaian panjang dan berkebaya. Para pembatik melukiskan kebiasaan yang terjadi di masyarakat ini dalam motif Pacar Cina.

9. PERANG TEJA
Motif ini menggambarkan peperangan antara rakyat Indramayu melawan serdadu Belanda yang terjadiu sepanjang pinggiran kali Cimanuk Desa Penganjang sampai Babadan. Banyak tentara Belanda yang berjaga-jaga mengawasi penduduk pribumi terutama kaum lelaki. Bahkan terjadi penggeledahan ke rumah-rumah penduduk untuk mencari kapal-kapal milik pribumi, padahal kapal-kapal tersebut tersebut sudah dikumpulkan di Pulau Nila dengan alasan disana dilindungi oleh sesepuh Ki Singub yang sakti. Dengan strategi perang gerilya, penduduk menyerang Belanda di malam hari dan karena Belanda tidak menduga adanya serangan tersebut, maka banyak sekali serdadu belanda yang tewas. Akhirnya atasan serdadu Belanda memanggil prajurit yang lain meniupkan terompet. Dengan kemarahan yang membabi buta serdadu menyerang dan menyiksa warga pribumi bahkan tidak segan-segan memperkosa perempuan pribumi untuk mencari tahu keberadaan suami mereka. Atas dasar kejadian itu maka diciptakanlah motif batik Perang Teja.

10. PENTIL KUISTA
Disekitar Desa Babadan, Centigi dan Rambatan banyak terdapat pohon kuista, buahnya bulat seperti bola,kulitnya keras, warnanya krem kecoklat-coklatan, rasa buahnya pada saat mentah sangat hambar dan ketika matang rasanya manis, biasanya dibuat sirup campolay dan rujak. Begitu digemarinya buah kuista ini hingga menjadi obyek bisnis yang menguntungkan pada masa itu. Untuk mengenang masa-masa keemasan buah tersebut,maka dibuatlah notif batik Pentil Kuista.




11.SAWAT PENTI KUISTA
Motif ini merupakan kombinasi antara gambar sawat dan pohon kuista yang banyak dijumpai peduduk dalam acara kenduri pada waktu itu. Sawat adalah mahkota penganten yang dipasang di kedua tangan diatas siku.kuista adalah sejenis pohon yang banyak tumbuh disekitar Desa Babadan, Centigi dan Rambatan, buahnya bulat seperti bola, kulitnya keras, warnanya krem kecoklat-coklatan, rasa buahnya pada saat mentah sangat hambar dan ketika matang rasanya manis,biasanya dibuat sirup campolay dan rujak.


12.OBAR-ABIR
Diangkat dari kejadian ombak laut yang cukup besar pada saat angin kencang sehingga para pelaut berusaha sekuat tenaga menyelamatkan diri dan akhirnya terdampar diPantai Tirtamaya yang dulu namanya pantai Balongan karena disana ditemukan balong yang gede, airnya cukup dingin padahal ditepi pantai. Di dalamnya banyak dijumpai biota laut antara lainnya binatang laut, rumput laut, karang laut dan lain sebagainya. Sampai kini balong tersebut masih tetap dipelihara, maka Desa tersebut dinamakan Desa Balongan, Desa Kilang Minyak.






13. SAWAT BISKUIT
Motif ini menggambarkan perpaduaan antara sawat dan biskuit yang cukup familiar dipergunakan pada acara tertetu di masyarakat. Sawat adalah makhota penganten yang dipasang pada kedua tangan diatas siku.Biskuit merupekan makanan/kue yang biasa dimakan sama orang Belanda dulu pada acara pesta-pesta pernikahan orang Belanda maupun rakyat Indramayu yang memakai pakaian adat / makhkota


sumber : batikindinesia.com




Minggu, 15 September 2013

Batik Priangan-2



II.Motif Batik Merak Ngibing
Merak Ngibing atau yang disebut juga dengan “The Dancing Peacock” merupakan motif kain ciri khas batik Priangan yang terindah yang berasal dari beberapa daerah di wilayah Priangan.Adanya pengaruh Hindu dan pengaruh dari daerah Indramayu dapat ditemukan pada motif ini. Motif kain batik ini menggambarkan dua ekor burung merak yang indah sedang berhadap-hadapan sembari mengembangkan bulu ekornya yang berwarna-warni seperti sedang menari. Tingkat kesulitan dalam motif Merak Ngibing menjadi salah satu faktor penghambat dalam proses pembuatan, yang menyebabkan tradisi membatik motif batik Merak Ngibing bisa dikatakan menuju ambang kepunahan. Secara umum fungsi pakai pada motif batik Merak Ngibing biasanya untuk perayaan acara kebudayaan, acara formal, upacara adat (pernikahan).Konsep penggambaran komposisi ragam hias pada batik Merak Ngibing melambangkan keelokan akan bentang ulama tataran bumi Priangan. Konsep tersebut lebih bersifat simbolik dan mengandung makna filosofis yang mendalam pada batik tersebut. Perlambangan fauna merak dengan keindahan warna-warni yang dimiliki oleh hewan tersebut tergambarkan dalam motif batik Merak Ngibing.

II.1Makna Filosofis Motif Batik Merak Ngibing
Merak Ngibing atau yang disebut juga dengan “The Dancing Peacock”merupakan motif kain ciri khas batik Priangan yang terindah. Motif pada kain batik Merak Ngibing menggambarkan dua ekor burung merak yang indah sedang berhadap-hadapan sembari mengembangkan bulu ekornya yang berwarna-warni seperti sedang menari. Burung merak itu sendiri merupakan hewan unggas yang hidup di hutan yang memiliki bentuk dan warna yang sangatindah. Keindahan itu terpancar dari ekor burung merakjantanyang sangat eksotik dan elok akan warnanya.Dalam agama Hindu, burung merak dipandang sebagaiwahana dewa perang yakni dewa "Skanda" atau "Kartikeya". Makna filosofis lainnya dari burung merak yakni sebagai lambang dari dunia atas, yang melambangkan kesucian dan kebahagiaan. Seperti ulasan akan makna Priangan, yang berarti "warga kahyangan" atau "tempat para dewa" yang berasal dari kata "parahyangan".Merak melambangkan keindahan alam priangan yg hijau dgn aneka flora dan faunanya.Ngibing melambangkan adat dan budaya masyarakat priangan yg rukun, damai dan juga kegembiraan.
Motif ini menggambarkanadat budaya dan alam priangan baik alamnya maupun masyarakatnya. Penggambaran motif burung merak pada batik Merak Ngibing ialah sebagai representasi dan perlambangan akan ke elokan bumi Priangan. Hal tersebut ingin disampaikan oleh pembatik yang membuatnya dengan tujuan agar manusia dapat menjaga keindahan alam yang dimiliki oleh bumi Priangan.Serta merta menjaga keseimbangan antara kedudukan Sang Pencipta, alam, danmanusia.
II.2Merak Ngibing Garut
Garut ialah salah satu daerah Priangan yang letaknya sekitar 40 km dari kota
Bandung dan berada di daerah dengan ketinggian 700 -750 meter di atas permukaan air laut menjadikan Garut sebagai daerah berlembah dan beriklim sejuk. Berdasarkan topologi, Garutterbagi menjadi dua wilayah pemerintahanGarut Utara yang terdiri atas dataran tinggi dengan persawahan yang luas. Garut Selatan yang terdiri dari dataran miring dan dialiri sungai
pada zaman kolonial Belanda “Swiss Van Java”, Garut memiliki kerajinan tangan
-sungai yang mengalir menuju Samudera Hindia.Keuntungan akan posisi geografis Garut yang sangat strategis sebagai daerah pemasok berbagai kebutuhan pemerintah kota Bandung dan penduduknya. Garut tidak hanya terkenal karena pemandangan yang elok saja, tetapi juga terkenal karena hasil alam, pertanian, dan peternakan serta juga berbagai macam panganan yang dihasilkan seperti dodol Garut. Selain terkenal akan julukan yang diberikanyang terkenal seperti; Batik Tulis Garutan, kerajinan kulit, kerajinan bambu, dan
kerajinan batu permata serta masih banyak lagi yang belum tereksplorasi.Dalam perkembangan dan penyebaran Batik Tulis Garutan, terjadi proses saling mempengaruhi di antara batik tersebut dengan berbagai daerah disekitarnya, yang hasilnya terlihat dalam penggambaran motif yang mengandung makna simbolik, yang merupakan deskripsi dari berbagai bentuk yang berasal dari alam, flora, fauna, maupun aneka peristiwa.Adanya pengaruh Hindu dan pengaruh dari daerah Indramayu dapat ditemukan pada motif batik Merak Ngibing Garut. Motif kain batik ini menggambarkan dua ekor burung merak yang indah sedang berhadap-hadapan sembari mengembangkan bulu ekornya yang berwarna-warni seperti sedang menari. Konseppenggambaran komposisi ragam hias pada batik Merak Ngibing melambang
kan keelokan akan bentang ulama tataran bumi Priangan (Garut). Konsep tersebut lebih bersifat simbolik dan mengandung makna filosofis yang mendalam pada motif batik tersebut. Perlambangan fauna merak dengan keindahan warna-warni yang dimiliki oleh hewan tersebut tergambarkan dalam motif batik Merak Ngibing.Penggunaan warna pada motif batik Merak Ngibing tampil dengan warna khas daerah Garut yakni gumading, dengan komposisi yang cerah, segar, dan dinamis. Fungsi pakai pada motif batik Merak Ngibing biasanya untuk perayaan acara kebudayaan, acara formal, upacara adat (pernikahan). Ciri yang membedakan motif batik Merak Ngibing Garut dengan motif sejenis dari daerah lainnya terletak pada penggunaan warna,
isen-isen, dan juga papangkah bunga yang dibuat khusus pengrajin batik tulis Garutan dengan tujuan agar tidak mudah ditiru oleh daerah lainnya. Papangkah bunga merupakan variasi isen-isen yang terletak di pinggiran kain yang bermotifkan bunga teratai.
II.3 Merak Ngibing Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya merupakan daerah Priangan lainnya yang tidak kalah
indah. Sang Mutiara dari Priangan Timur sebutan lain bagi kota ini berbatasan dengan Kabupaten Ciamis di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Garut, serta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis. Berdasarkan topologi, Tasikmalaya terletak di jalur perlintasan niaga antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tidak heran hampir 70% perekonomian kota Tasikmalaya bahkan 40%
total atau sepertiga lebih dari pusat perekonomian Jawa Barat ditopang dari hasil niaga yang dilakukan masyarakatnya. Secara etimologis Tasikmalaya berasal dari kata Tasik dan Laya yang dalam bahasa Sunda berarti keusik ngalayah, atau pasir terhampar dimana-mana (Didit Pradito, 2010, h.40).Asumsi masyarakat akan Kota Tasikmalaya menjulukannya sebagai “Kota Seribu Pesantren” karena banyaknya pesantren berdiri disana khususnya di era sebelum 1980-an. Tasikmalaya tidak hanya terkenal karena perniagaannya saja, tetapi juga terkenal karena daerah wisatanya serta juga berbagai macam kuliner ciri khas daerah seperti Tutug Oncom. Tasikmalaya juga memiliki kerajinan tangan yang terkenal seperti Batik.Sentra batik di Tasikmalaya tersebar di Desa Sukapura (Kec. Sukaraja), Kec. Indihiang, Kec. Cipedes. Batik Tasikmalaya banyak mendapat pengaruh dari batik Keraton (Jawa Tengah), hal tersebut karena adanya adapt
asi budaya dari daerah pengrajin batik tersebut seperti kota Purwokerto dan Banyumas. Selain itu, batik Cirebon juga mempengaruhi dalam perkembangan batik di kota Tasikmalaya.Secara kasat mata motif batik Merak Ngibing Tasikmalaya hampir sama dengan motif batik Merak Ngibing Garut. Karena pada perkembangan batik tradisional Indonesia terjadinya adaptasi budaya dari daerah satu dengan daerah lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari penggambaran motif dan pewarnaan yang bisa dikatakan ada kesamaan.Akan tetapi motif batik Merak Ngibing Tasik
malaya memiliki ciri yang khas yang mempertahankan kebudayaan daerahnya sendiri yakni Tasikmalaya. Terlihat dari penggunaan warna dan juga ragam hias isen-isen yang terkandung pada motif batik Merak Ngibing Tasikmalaya.Penggunaan warna pada motif batik Merak Ngibing tampil dengan warna khas daerah Tasikmalaya yakni merah tua atau coklat tua yangdikenal dengan istilah kopi tutung, dengan komposisi yang cerah dan kontras. Fungsi pakai pada motif batik Merak Ngibing biasanya untuk perayaan acara kebudayaan, acara formal, upacara adat (pernikahan). Ciri yang membedakan motif batik Merak Ngibing Tasikmalaya dengan motif sejenis dari daerah lainnya terletak pada penggunaan warna dan isen-isen yang penuh pada setiap penghias motif nya
sumber http://elib.unikom.ac.id

 



Batik Priangan -1



Batik Priangan adalah istilah yang digunakan untuk memberikan sebuah identitas pada berbagai ragam jenis batikan yang dihasilkan dan berlangsung di daerah Priangan yang penduduknya berbahasa dan berbudaya Sunda. Propinsi Jawa Barat adalah tempat tinggal sebagaian besar masyarakat Sunda yang disebut Tatar Sunda atau Pasundan (Rosidi, dalam Soegiarty, 2004, h.30) yang menjadi pusat dan wilayah kebudayaan Sunda. Di wilayah ini terdapat suku Sunda yang merupakan salah satu etnik yang memiliki karakteristik budaya khas Priangan.
Dilihat dari aspek geografisnya letak administrasi wilayah,batik Priangan termasuk dalam batik pesisir dan juga mendapat pengaruh dari daerah - daerah Sunda lainnya (Tity Soegiarty, 2008, h.2). Secara umum dapat terlihat dari penataan warna dan motif ragam hiasnya. Batik Priangan adalah tradisi seni kerajinan batik yang tumbuh di berbagai daerah pedalaman Jawa Barat dan Banten, mulai dari Cianjur, Sukabumi, Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis.
Batik Priangan umumnya tidak mengenal apa yang disebut motif larangan karena motif dibuat semata-mata untuk kebutuhan sandang sehari-hari, yang dikenakan sebagai sinjang(kain panjang), yang tidak terkait dengan ajaran agama atau kepercayaan tertentu dan meskipun masyarakat Sunda mengenal golongan menak(bangsawan) dan non bangsawan, tetapi dalam pandangan hidup mereka setiap orang memiliki derajat yang sama sehingga tidak diperlukan pembedaan melalui jenis motif.

I. Asal Kata Priangan
Kultur alam Priangan adalah daratan tinggi berbukit-bukit landai dan terkadang juga tajam dengan lembah yang curam. Udaranya sejuk segar, pada zaman dahulu bangsa Belanda memanfaatkan keadaan alam Priangan menjadi suatu daerah perkebunan teh dan karet, hingga saat kini kita dapat menjumpai sisa-sisa perkebunan yang membalut sebagian perbukitan alam Priangan.Parahyangan atau Priangan, dalam bahasa Belanda "Preanger"mencakup
daerah Sunda di Jawa Barat diantaranya Cianjur, Sukabumi, Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Nama Priangan sendiri bermaknakan "warga kahyangan" atau "tempat para dewa" yang berasal dari kata "parahyangan". Dengan demikian kata priangan tersebut mengandung makna simbolis yakni tempat tinggal para dewa, menunjukkan keindahan dan kemolekan alam Tatar Sunda yang subur dan makmur. Nama ini lahir, berkembang, dan mengalami berbagai reposisi makna sebagai apresiasi budaya dalam menghargai keindahan fisik maupun non-fisik dari lingkungan alam dan masyarakat sunda tentunya (Ken Atik,dkk,2010,h.5)

I.1.Ragam Hias Batik Priangan
Ragam hias pada batik Priangan umumnya bersifat naturalistis dan banyak mengambil inspirasi penciptaan motif dari aneka peristiwa. Konsep penggambaran komposisi motif ragam hias pada batik Priangan melambangkan keseimbangan antara kedudukan Sang Pencipta, alam, dan manusia. Konsep tersebut lebih bersifat simbolik dan mengandung makna filosofis yang mendalam. Banyak pengaruh dan persilangan budaya dari sekitar daerah Priangan yang melatarbelakangi bentuk dan warna pada ragam hias batik Priangan. Ragam hias pada batik ini
digolongkan menjadi beberapa kelompok, berikut adalah contoh beberapa penerapan ragam hias pada batik Priangan diantaranyyaitu:
a.Geometris:Mempunyai unsur-unsur garis dan bangun bentuk seperti pada motif Rereng,motif Parang, motif Lancah, motif Angkin
b.Nongeometris:Mempunyai pola dengan susunan yang tidak terukur seperti pada motif Sekar Jagad, motif Akar, motif Alam Pangandaran, motif Awi Ngarambat, motif Bangau Raya, motif Tanduk Menjangan
c. Aneka Peristiwa:Mempunyai unsur aneka peristiwa seperti pada motif Garut Pajajaran, motif Nusantara
d. Flora dan Fauna:Mempunyai unsur pelengkap seperti flora dan fauna seperti pada motif Kembang Wera, motif Lepaan, motif Merak Ngibing, motif Mojang Priangan, motif Papangkah Cendrawasih, motif Terang Bulan

Sabtu, 14 September 2013

Lilin Batik

Lilin batik adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut. Lilin batik ini bukan terdiri dari satu macam bahan, tetapi campuran dari beberapa bahan pokok lilin. Sebagai bahan pokok lilin adalah: Gondorukem, Damar matakucing, Parafin, Microwax, minyak kelapa, dan lerod.
Lilin batik terdiri dari campuran bahan-bahan pokok lilin batik, pada suatu perbandingan sedemikian rupa sehingga mencapai sifat-sifat yang dikehendaki seperti daya tahan tembus kebasahan tinggi, lemas atau fleksibel dan tidak mudah pecah, dapat membuat gambar atau motif dengan garis-garis yang tajam, mudah dilepaskan kembali pada waktu dilorod. Untuk memperoleh lilin batik dibuat suatu campuran. Cara mencampur lilin batik:
  1. Bahan lilin batik yang mempunyai titik leleh yang paling tinggi dilelehkan lebih dulu, kemudian berturut-turut yang lebih rendah dan yang terakhir yang mempunyai titik leleh terendah.
  2. Didalam pengerjaan mencampur ini, setelah semula bahan-bahan pokok dimasukkan dan menjadi cair, diaduk yang baik dan rata, agar campuran betul-betul homogeny.
Campuran lilin batik yang masih cair disaring dengan kain, kemudian dicetak pada tempat yang baik kemudian didinginkan.
sumber  http://budicakep.wordpress.com

Rabu, 11 September 2013

Pengolahan Zat Warna Alam dengan Dedaunan Kering

Banyak orang yang mengira bahwa dedaunan yang telah kering yang telah jatuh dari pohonnya sudah tidak memiliki zat warna alam lagi. Ternyata hal itu tidaklah benar. Zat warna alam masih terkandung di dalam dedaunan kering, tetapi konsentrasi warnanya tidak sebaik daun yang masih segar. Namanya juga barang yang telah usang, otomatis tidak sebaik dengan yang masih baik dong….
Dedaunan kering ini dapat menghasilkan warna pada kain cotton dengan warnanya yang soft, yaitu warna kuning (fiksasi tawas) dan abu-abu kehitaman (fiksasi tunjung). Dedaunan yang telah di uji baru sebatas dedaunan kering rambutan. Sebenarnya masih banyak lagi yang harus diteliti.
Pewarnaan alam tidak sevariasi dengan zat warna sintetis. Warnanya sangat terbatas dan tidak sama pada proses perlakuan berikutnya, walaupun digunakan resep yang sama. Hal yang menjadi penentu adalah iklim, unsur hara tanah, jenis tanaman dan perlakuan dari tanaman tersebut.
Dedaunan kering jangan langsung di buang atau di bakar, karena masih dapat digunakan untuk menghasilkan zat warna alam. Setelah digunakan untuk zat warna pada kain ini, barulah diproses untuk kompos organik.
Tata cara pewarnaan kain kapas yaitu, pertama-tama mengambil/ mengumpulkan dedaunan kering yang baru jatuh dari pohonnya yaitu pada pagi hari atau sore hari. Setelah itu dedaunan tersebut di blender atau di giling. Kemudian hasil blender/gilingan tersebut direbus dengan perbandingan 1:10, artinya 1 gram bubuk dedaunan kering di campur dengan 10 cc air, di rebus selama 1-2 jam. Perhitungan waktu rebus setelah air mendidih baru di hitung 1-2 jamnya. Usahakan kapasitas perebusan adalah 20-30% dari wadah untuk pemasakan, karena dapat meluber dari wadah pada saat mendidih. Setelah itu, air rebusan tadi didinginkan sampai suhu airnya sama dengan suhu air biasa. Setelah itu, disaring dengan menggunakan screen + kain yang memiliki kerapatan yang tinggi di atas screen tersebut. Air hasil saringan tersebut yang digunakan untuk mewarnai kain kapas.
Kain kapas di basahi dengan air biasa kemudian di rendam kedalam larutan air pewarnaan alam diatas 30 menit tergantung dari kepekatan warna yang dikehendaki, kemudian kain kapas tersebut di atuskan/diangin-anginkan jangan dipanaskan agar diperoleh warna yang baik sampai kain tersebut hanya lembab saja. Pencelupan dapat dilakukan berkali-kali tergantung selera. Setelah itu, kain dimasukkan kedalam larutan fiksasi tawas/tunjung. Fiksasi dengan tunjung kearah warna yang lebih tua (abu-abu kehitaman) sedangkan fiksasi dengan tawas kearah warna yang lebih muda (kuning). Komposisi larutan fiksasi ialah 1:20, yaitu 1 gr tawas ditambahkan air 20 cc. Proses pencelupan kedalam larutan fiksasi minimal 15 menit agar didapatkan ikatan molekul-molekul zat warna alam yang kuat sehingga didapatkan ketahanan pencucian dan gosokan yang baik. Kemudian dicuci bersih setelah itu diatuskan/diangin-anginkan setelah menjadi lembab kemudian di setrika.

Proses Pewarnaan dengan Zat Warna Alam Indigo

Pada dasarnya ZWA dapat digunakan untuk mewarnai semua serat tekstil yang berasal dari serat alam maupun semi sintetis. Gugus aktif dalam serat-serat tersebut akan saling terikat dengan ZWA sesuai dengan jenisnya melalui ZWA Mordan (Penghubung) ataupun ZWA Bejana (Pengendapan di atas serat).
PROSES EKSTRAKSI (Proses Pengambilan ZWA dari Sumbernya)
Daun tom/nila (indigofera tinctoria L.) arah warna biru
Cara Membuat Pasta Indigo:
  1. 1 kg daun indigo segar (dengan rantingnya) direndam dalam 5 liter air, usahakan daun berada dibawah permukaan air
  2. Setelah ± 10 jam, mulai terjadi proses fermentasi yang ditandai dengan adanya gelembung gas dan warna biru (larutan berwarna hijau).
  3. Proses fermentasi selesai apabila gelembung gas tidak timbul lagi, dan air berwarna kuning kehijauan. Biasanya perlu waktu sekitar 24-48 jam.
  4. Masukkan 20-30 gram bubuk kapur cair.
  5. Rebus larutan selama ½ jam-1 jam.
  6. Selama pengeburan, terjadi pembuihan hebat berwarna biru. Pegeburan dihentikan setelah tidak terjadi buih permanen dan berwarna biru pudar, yang merupakan indikasi bahwa indigo sudah mulai mengendap.
  7. Diamkan cairan selama ± 24 jam (Proses Pengendapan).
  8. Pisahkan air dari endapannya yang sudah berbentuk pasta (saring dengan kain halus).
  9. Simpan pasta indigo pada tempat kering dan sejuk.
  10. Usahakan jangan terpapar sinar matahari.
Pembuatan Zat Warna Indigo
  1. Larutkan 1 kg pasta indigo dalam ± 10 liter air.
  2. Saring dan buang residunya.
  3. Tambahkan ½ kg gula jawa cair dan ½ gelas aqua/satu genggam tunjung dan dicairkan.
  4. Tambahkan 1 liter air kapur baru.
  5. Aduk secukupnya sampai tercampur semua.
  6. Diamkan dan tutup selama ± 24 jam.
  7. Lihat bila cairan berwarna kuning kehijauan, berarti ZWA tersebut siap untuk digunakan.
PROSES MORDANTING
Beberapa zat warna akan cepat pudar warnanya tanpa proses mordanting.
Resep mordanting untuk 500 gram kain katun.
  1. Kain direndam dalam larutan 2 gram/liter air dan TRO selama semalam.
  2. Cuci bersih.
  3. Rebus dalam air yang mengandung 100 gram tawas dalam soda abu (30 gram) selama 1 jam.
  4. Keringkan dan siap di warna alam.
CARA PEWARNAAN DENGAN ZWA INDIGO
  1. Kain yang sudah dibasahi dicelupkan pada zat pewarna bersuhu dingin,
  2. Kemudian dijemur di tempat yang teduh dan dalam keadaaan setengah kering, celup berulang-ulang hingga sesuai ketuaan warna yang dikehendaki (minimal 5 x).
  3. Setelah kering , kain tersebut di fiksasi dengan (larutan air cuka + jeruk nipis).
  4. Cuci bersih dan jemur di tempat sejuk dan tidak terpapar sinar matahari.
PEMBUATAN LARUTAN FIKSASI
Pada akhir proses pewarnaan alam, ikatan antara zat warna alam yang sudah terikat oleh serat masih perlu diperkuat lagi dengan garam logam seperti tawas (K (SO4)2), kapur (Ca (OH)2) dan tunjung (FeSO4). Selain memperkuat ikatan, garam logam juga berfungsi untuk mengubah arah warna ZWA, sesuai jenis garam logam yang mengikatnya.
Pada kebanyakan warna alam, tawas akan memberikan arah warna yang sesuai dengan warna aslinya, sedangkan tunjung akan memberikan arah warna lebih gelap/tua.
Pada pewarnaan dengan indigo, fiksasi yang digunakan ialah dengan larutan air cuka 0,5 ml/l dengan ditambahkan 1 buah jeruk nipis/ 20 l.

Zat Warna ALAM

Zat warna alam adalah zat warna yang diperoleh dari alam/tumbuh-tumbuhan. Setiap tumbuhan mengandung zat warna yang ditentukan oleh intensitas warna yang dihasilkan oleh pigmen yang sangat bergantung pada colouring matter (senyawa organic) yang menentukan arah warna alam dalam setiap tumbuhan kadang terkandung lebih dari satu jenis warna.
Bagian tumbuhan yang dapat digunakan untuk pewarnaan alam adalah : daun, bunga, batang/kulit batang, akar maupun kulitnya serta biji/buahnya.
Berdasarkan jenis colouring matternya, ZWA dapat dibagi menjadi 4 golongan warna :
1. ZWA Mordan
Pewarnaan yang menggunakan zat warna ini harus melalui proses mordan (penggabungan dengan kompleks oksidasi logam) sehingga warna yang dihasilkan tahan dan tidak mudah larut.
Contoh : ZWA dari kulit akar pace (Morinda Citrifolia L), arah warna merah.
2. ZWA Direk
Zat warna ini melekat pada serat berdasarkan ikatan hydrogen, sehingga ketahanannya rendah.
Contoh : ZWA dari kunyit (curcumin), arah warna kuning.
3. ZWA Asam Basa
Zat warna jenis ini mempunyai gugus kombinasi asam dan basa, tepat digunakan untuk pewarnaan tekstil berbahan serat protein seperti wool atau sutera. Tetapi tidak bagus dan mudah luntur bila digunakan untuk pewarnaan serat alam selulosa seperti katun atau rayon.
Contoh : ZWA dari kulit luar bawang merah.
4. ZWA Bejana
Zat warna ini mewarnai serat melalui proses reduksi-oksidasi udara. Zat warna ini merupakan pewarna paling tua di dunia, dengan ketahanan paling unggul dibandingkan dengan ZWA lainnya.
Contoh : ZWA dari daun tom/nila (indigofera tinctoria L), arah warna biru.
CONTOH TUMBUH-TUMBUHAN PENGHASIL WARNA ALAM
NOBOTANI’S NAMELOCAL NAME (JAVANESE)PARTS USEDCOLORS
1Indigofera tinctoria LTom, nilaLeavesBlue
2Ceriops tagal PERRTingiBarkBrown
3Meclura pterocarpum DCTegeranStemsYellow
4Peltophorum pterocarpum DCJambalBarkBeige
5Mimosa pudicaPutrid maluFlowers, leavesYellow-greenish
6Caesalpinia pulcherrima SW.PotromenggalaFlowers, leavesGreen
7Artocarpus integra M.Nangka/jack fruitStemsYellow
8Tectona grandis L.Jati/teakYoung leavesRed-brownish
9Allium ascalonicium L.Bawang merah/unionSkin of fruitBrown
10Swietenia mahagoni JACQMahoni/mahoganyStems, leavesBrown
11Morinda citrifolia L.Mengkudu/Indian mulberrySkin of rootsRed
12Clitoria ternatea L.Kembang telangFlowers, leavesBlue/purple
13Caesalpinia sappan L.Sacang/brazilwoodStemsRed
14Carthemus tinctorius L.Kembang paluPollenYellow/orange
15Parsea gratisima G.Alpukat/avocadoLeaves, skin of fruitGreen-brownish
16Lawsonia inermis L.Pacarkuku/inai/hennaLeavesOrange
17Impatiens balsamina L.Pacar airFlowers, leavesYellow-greenish
18Bixa orellana L.Kusumba/annatosedMembrane of seedsOrange
19Sonchus oleracheus LINNKenikir sayurLeavesStrong yellow
20Areca catechu L.Pinang/jambe/cutchFruitBrown
21Hibiscus-rosasinensis L.Bunga sepatuFlowersViolet
22Acasia goldenSapu anginFlowersPink/violet
23Sophora japonica L.Sari kuningFlowersYellow
24Uncaria gambir ROXBGambir/gambierSapBrown
25Cassia alata LINNKetepang keboFlowers, leavesYellowish-green
26Mangifera indica LINNMangga/mangoBark, leavesGreen
27Stelechocarpus burahol HOOKKepelLeavesBrown
28Terminalia belerica ROXBJalaweSeedsBlack
29Flacourtia inermis ROXBLobi-lobiFruitsGrey
30Spotodea campanulata BEAUVKibedaliFlowers, leavesPink, grey, green
31Nyctanthes arbour tritis L.SrigadingFlowersGolden yellow
32Ceibe pantandra GAERTHRanduLeavesGrey
33Alpinia purpurataCombrang hiasFlowersGreen
34Acalypha wilkesianaTeh-tehan merahLeavesPurple
35Psidium guajava L.Jambu biji/guavaLeavesDark green
36Urena lobata L.PulutanLeavesDark grey
37Crassia fistula L.TrengguliFruitsBeige
38Codiacum variegatum BL.PuringLeavesPurple
39Cordyline fruticosa BACKERAndongLeavesGreen
40Nicolaia speciosa BORANCombrang sayurFlowersPink
41Eusideroxylon zwageri T.Ulin/bulianWood, leavesBeige, grey
42Bougainvillea glabra choicyBugenfilFlowersPink
43Melastoma affine L.SengganiFruits, leavesPurple